Pernahkah mendengar ASEAN Community ? ASEAN Community adalah cita-cita dari negara-negara yang tergabung dalam Organisasi Regional yaitu ASEAN, untuk membentuk suatu masyarakat yang damai, harmonis, makmur, sejahtera dan terintegrasi di wilayah ASEAN tersebut. Langkah ini terbentuk sejak 15 tahun yang lalu pada tahun 1997 ditetapkan bahwa ASEAN Community ditargetkan akan dibentuk pada tahun 2020 mendatang. Tetapi pada KTT ASEAN tahun 2007 di Filipina, disepakati pembentukan ASEAN Community dipercepat menjadi 2015. Dasar dari upaya pembentukkannya adalah untuk lebih memperkuat, mempercepat, dan mengimplementasikan kerjasama diantara negara anggota ASEAN. Adapun ASEAN Community ini mencakup 3 pilar yaitu :
1.ASEAN Political Security
Community. Komunitas bidang politik,
keamanan, dan hukum
2. ASEAN Economy Society. Kerjasama di bidang ekonomi
2. ASEAN Economy Society. Kerjasama di bidang ekonomi
3.ASEAN
Socio-cultural Community. Kerja sama di bidang ini mencakup Pembangunan
Manusia, Kesejahteraan Sosial dan Perlindungan Sosial, Keadilan Sosial dan
Hak-hak, penjaminan Kelestarian Lingkungan, Pembangunan Identitas ASEAN, serta
Pengurangan Kesenjangan Pembangunan.
Dan yang menjadi pertanyaan
berikutnya adalah, Apakah Indonesia siap untuk memasuki tantangan ASEAN
Community 2015 ? Jawabannya ada dalam benak kita masing-masing. Tetapi saya
akan memaparkan seberapa siap Indonesia tercinta ini dalam menapaki Komunitas
ASEAN di tahun 2015 mendatang.
Ketika kita berbicara tentang kepentingan
bersama dalam ASEAN, mari kita lihat dahulu rumah tangga kita ditinjau dari
aspek yang tertera dalam ASEAN Community satu per-satu. Pilar pertama dalam
ASEAN Community yang bergerak dalam bidang politik, keamanan dan hukum. Memang
jelas peran Indonesia sangat besar di bidang-bidang tersebut. Pasalnya
Indonesia adalah negara terbesar di ASEAN yang berstatus sebagai Negara Hukum
berdasarkan konstitusinya. Tetapi hal yang menyedihkan penegakkan hukum di
Indonesia sendiri saja masih tumpul dan carut marut. Dinamika dan konstelasi politik
dalam negeri pun semakin lama semakin mencekam. Keamanan di berbagai kota
sangat minim khususnya di kota-kota besar yang marak dengan kriminalitas. Belum
lagi keamanan teritorial darat dan laut Indonesia yang kurang terkonsep
penjagaannya, yang terkadang membuat kita melepaskan beberapa pulau terluar
seperti contohnya Sipadan dan Ligitan jadi milik Malaysia. Adapula kasus
illegal fishing yang dilakukan oleh banyak nelayan asing ke wilayah perairan Indonesia,
yang kebanyakan nelayan dari Filipina dan Laos. Tidak hanya nelayan asing
bahkan imigran gelap pun yang rata-rata 70% dari Afghanistan (data UNHCR 2007)
menjadikan teritorial Indonesia menjadi tempat yang ‘asyik’ untuk di jadikan
‘jalan tikus’ bagi mereka menuju ke Australia. Dikemanakan anggaran Alutsista
kita ? Siapkah kita mengawal selat malaka bahkan keputusan sengketa Laut Cina
Selatan nantinya di wilayah ASEAN ? Mari kita jawab bersama.
Pilar kedua yaitu kerjasama di
Bidang Ekonomi. Tidak gampang bagi Indonesia bersaing di bidang ini, karena
negara anggota ASEAN laiinya seperti Singapura dan Malaysia sudah lebih dahulu
menjadi negara maju dengan masyarakatnya yang tergolong sejahtera. Jelas
sejahtera karena tinjauan wilayah mereka yang sempit dan jumlah masyarakatnya
lebih sedikit dibanding kita. Sekarang kita meninjau Ekonomi Indonesia yang
‘katanya’ 6,7% pertumbuhan ekonominya dan masuk 3 besar negara yang pertumbuhan
ekonominya baik, serta masuk pula dalam G20. apakah Indonesia sudah siap bekerjasama
dengan dua negara di atas ? Ekonomi makro dan mikro dalam negeri sangat
timpang. Banyak UKM di masyarakat menengah ke-bawah akhirnya gulung tikar
akibat melambungnya harga pasar. Begitupula dengan standarisasi produk dalam
negeri yang kalah saing dengan produk luar negeri (branded) yang katanya
kualitasnya lebih top. Kegiatan import yang semakin hari semakin tidak masuk
akal dikarenakan negara agraris seperti Indonesia masih mengimpor beras dari
Thailand dan ikan dari Jepang ? ? ? Sungguh tragis memang nasib para petani dan
nelayan kecil kita. Para pemilik modal/ Kapital Holder tidak memberikan
keuntungan yang layak kepada rakyat malah merugikkan sepenuhnya khususnya
mungkin bagi negara. Bagaimana tidak, penjualan ikan di pasar lokal saja diatur
oleh Jepang yang konon sudah membuat perjanjian dengan pemerintah. Jadi siapkah
kita untuk bersaing dengan stakeholder asing khususnya di lingkup ASEAN dengan
channel dan link mereka yang tidak kita ketahui kekuatannya ?
Pilar ketiga yaitu kerjasama
dibidang pembangunan manusia, kesejahteraan sosial, perlindungan sosial, lingkungan,
HAM, dll. Singapura, Brunei, dan Malaysia sudah menjamin kesehatan dan
pendidikan bagi warganya. Indonesia masih terhambat untuk menjamin pendidikan
bahkan kesehatan karena kebocoran APBN/APBD karena korupsi yang menggerogoti.
Jaminan kesehatan yang disfungsi, dipergunakan oleh orang yang mampu. Beasiswa
pendidikan pun seperti itu pula, banyak yang sangat bobrok sekali ketika
pelajar yang mampu bahkan yang kaya sekalipun malah mendapatkan beasiswa dari
pemerintah. Tidak sedikit pula bangunan sekolah yang mau rubuh akibat
tersendatnya anggaran pendidikan. Sangat konyol mungkin untuk berfikir ke
jenjang Pembangunan sosial di ASEAN sedangkan di pelosok ujung timur Indonesia
saja pembangunan tidak merata, harga bahan pokok sangat jauh melambung
dibandingkan lainnya, dan masih banyak saudara-saudara kita yang kekurangan
gizi juga air bersih. Berbicara Lingkungan, banyak illegal logging terjadi di
Kalimantan dan Sumatra sehingga banyak pula kerugian yang di derita negara dan
masyarakat akibat ulah para ‘tuyul’ kontraktor. Pembantaian spesies dan habitat
asli Indonesia, Orang Utan, yang dilindungi oleh WWF dan bahkan sampai menjadi
sorotan media luar negeri. Betapa lunturnya rasa kepemilikan kita terhadap
harta kita sendiri. Masihkah kita akan berbicara bahwa kesejahteraan ASEAN
merupakan milik kita bersama ?
Dari ulasan dan realita kasus
bahkan tragedi yang terjadi diatas, kita seharusnya paham tentang status
Indonesia di ASEAN Community 2015 nantinya. Sesuatu yang telah ditargetkan
harus dipersiapkan dan direncanakan secara matang agar tidak kaget di kemudian
hari. Langkah pemerintah seharusnya melakukan pembenahan dari atas ke bawah
serta melakukan pembangunan dari bawah ke atas. Sehingga masyarakat pun merasa
aman dan terjaga dengan tanggungjawab pemerintah yang berpihak pada rakyat. Kita pun sebagai Mahasiswa dituntut untuk
belajar lebih giat dan memahami ASEAN Community 2015. Sosialisasi ke masyarakat
juga harus kita laksanakan sebagai implementasi Tri Darma Perguruan Tinggi
untuk membantu memberikan pemahaman tentang baik dan buruknya ASEAN Community
tersebut. Maka dari itu Solusi yang terbaik ada pada nurani seluruh insan
Republik ini demi terwujudnya Indonesia yang Sejahtera menuju ASEAN Community
2015 yang ter-arah.
0 komentar:
Posting Komentar